Pakubuwono


Pendopo ageng

Kompleks istana dinasti Mataram  yang dulu ada di Kartasura pada tahun 1742, diserbu dan dijarah raja saingan dari kerajaan pulau Madura. Dengan bantuan Belanda Raja Mataram, Pakubuwono II, merebut kembali tahtanya dan memindahkan kerajaannya ke dekat Surakarta. Di tempat yang baru ini, di tepi sungai yang terpanjang di Pulau Jawa yang bernama begawan Solo, Pakubuwono II membangun istana yang baru.
Menurut legenda, lokasi Kraton Surakarta dipilih oleh Ratu Laut Selatan, Nyai Loro Kidul, yang secara tradisional berhak mengesahkan kedudukan raja-raja jawa. Di sekeliling Pendopo Utama yang terletak di bagian tengah kraton terdapat lautan pasir yang berwarna hitam. Hal ini menandakan bahwa kraton berada dalam wilayah kekuasaan Nyai Loro kidul dari Laut Selatan.

Ramayana

Ramayana sebenarnya diambil dari ceritera yang benar-benar terjadi di daratan India. Saat itu daratan India dikalahkan oleh India Lautan yang juga disebut tanah Srilangka atau Langka, yang dalam pewayangan disebut Alengka. Tokoh Rama adalah pahlawan negeri India daratan, yang kemudian berhasil menghimpun kekuatan rakyat yang dilukiskan sebagai pasukan kera pimpinan Prabu Sugriwa. Sedang tanah yang direbut penguasa Alengka dilukiskan sebagai Dewi Sinta (dalam bahasa Sanskerta berarti tanah). Dalam penjajahan oleh negeri lain, umumnya segala peraturan negara dan budaya suatu bangsa akan mudah berganti dan berubah tatanan, yang digambarkan berupa kesucian Sinta yang diragukan diragukan.

Maka setelah Sinta dibebaskan, ia lantas pati obong, yang artinya keadaan negeri India mulai dibenahi, dengan merubah peraturan dan melenyapkan kebudayaan si bekas penjajah yang sempat berkembang di India. sebenarnya diambil dari ceritera yang benar-benar terjadi di daratan India. Saat itu daratan India dikalahkan oleh India Lautan yang juga disebut tanah Srilangka atau Langka, yang dalam pewayangan disebut Alengka. Tokoh Rama adalah pahlawan negeri India daratan, yang kemudian berhasil menghimpun kekuatan rakyat yang dilukiskan sebagai pasukan kera pimpinan Prabu Sugriwa. Sedang tanah yang direbut penguasa Alengka dilukiskan sebagai Dewi Sinta (dalam bahasa Sanskerta berarti tanah). Dalam penjajahan oleh negeri lain, umumnya segala peraturan negara dan budaya suatu bangsa akan mudah berganti dan berubah tatanan, yang digambarkan berupa kesucian Sinta yang diragukan diragukan. Maka setelah Sinta dibebaskan, ia lantas pati obong, yang artinya keadaan negeri India mulai dibenahi, dengan merubah peraturan dan melenyapkan kebudayaan si bekas penjajah yang sempat berkembang di India.

Dalam khazanah kesastraan Ramayana Jawa Kuno, dalam versi kakawin (bersumber dari karya sastra India abad VI dan VII yang berjudul Ravanavadha/kematian Rahwana yang disusun oleh pujangga Bhatti dan karya sastranya ini sering disebut Bhattikavya) dan versi prosa (mungkin bersumber dari Epos Walmiki kitab terakhir yaitu Uttarakanda dari India), secara singkat kisah Ramayana diawali dengan adanya seseorang bernama Rama, yaitu putra mahkota Prabu Dasarata di Kosala dengan ibukotanya Ayodya. Tiga saudara tirinya bernama Barata, Laksmana dan Satrukna. Rama lahir dari isteri pertama Dasarata bernama Kausala, Barata dari isteri keduanya bernama Kaikeyi serta Laksmana dan Satrukna dari isterinya ketiga bernama Sumitra. Mereka hidup rukun.

Sejak remaja, Rama dan Laksmana berguru kepada Wismamitra sehingga menjadi pemuda tangguh. Rama kemudian mengikuti sayembara di Matila ibukota negara Wideha. Berkat keberhasilannya menarik busur pusaka milik Prabu Janaka, ia dihadiahi putri sulungnya bernama Sinta, sedangkan Laksmana dinikahkan dengan Urmila, adik Sinta.
Setelah Dasarata tua, Rama yang direncanakan untuk menggantikannya menjadi raja, gagal setelah Kaikeyi mengingatkan janji Dasarata bahwa yang berhak atas tahta adalah Barata dan Rama harus dibuang selama 15 (lima belas) tahun. Atas dasar janji itulah dengan lapang dada Rama pergi mengembara ke hutan Dandaka, meskipun dihalangi ibunya maupun Barata sendiri. Kepergiannya itu diikuti oleh Sinta dan Laksmana.

Namun kepergian Rama membuat Dasarata sedih dan akhirnya meninggal. Untuk mengisi kekosongan singgasana, para petinggi kerajaan sepakat mengangkat Barata sebagai raja. Tapi ia menolak, karena menganggap bahwa tahta itu milik Rama, sang kakak. Untuk itu Barata disertai parajurit dan punggawanya, menjemput Rama di hutan. Saat ketemu kakaknya, Barata sambil menangis menuturkan perihal kematian Dasarata dan menyesalkan kehendak ibunya, untuk itu ia dan para punggawanya meminta agar Rama kembali ke Ayodya dan naik tahta. Tetapi Rama menolak serta tetap melaksanakan titah ayahandanya dan tidak menyalahkan sang ibu tiri, Kaikeyi, sekaligus membujuk Barata agar bersedia naik tahta. Setelah menerima sepatu dari Rama, Barata kembali ke kerajaan dan berjanji akan menjalankan pemerintahan sebagai wakil kakaknya

Banyak cobaan yang dihadapi Rama dan Laksmana, dalam pengembaraannya di hutan. Mereka harus menghadapi para raksasa yang meresahkan masyarakat disekitar hutan Kandaka itu. Musuh yang menjengkelkan adalah Surpanaka, raksesi yang menginginkan Rama dan Laksmana menjadi suaminya. Akibatnya, hidung dan telinga Surpanaka dibabat hingga putus oleh Laksmana. Dengan menahan sakit dan malu, Surpanaka mengadu kepada kakaknya, yaitu Rahwana yang menjadi raja raksasa di Alengka, sambil membujuk agar Rahwana merebut Sinta dari tangan Rama.
Dengan bantuan Marica yang mengubah diri menjadi kijang keemasan, Sinta berhasil diculik Rahwana dan dibawa ke Alengka.

Burung Jatayu yang berusaha menghalangi, tewas oleh senjata Rahwana. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Jatayu masih sempat mengabarkan nasib Sinta kepada Rama dan Laksmana yang sedang mencarinya.Dalam mencari Sinta, Rama dan Laksamana berjumpa pembesar kera yang bernama Sugriwa dan Hanuman. Mereka mengikat persahabatan dalam suka dan duka. Dengan bantuan Rama, Sugriwa dapat bertahta kembali di Kiskenda setelah berhasil mengalahkan Subali yang lalim. Setelah itu, Hanuman diperintahkan untuk membantu Rama mencari Sinta. Dengan pasukan kera yang dipimpin Anggada, anak Subali, mereka pergi mencari Sinta.

Atas petunjuk Sempati, kakak Jatayu, mereka menuju ke pantai selatan. Untuk mencapai Alengka, Hanuman meloncat dari puncak gunung Mahendra. Setibanya di ibukota Alengka, Hanuman berhasil menemui Sinta dan mengabarkan bahwa Rama akan segera membebaskannya. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman melapor kepada Rama. Strategi penyerbuan pun segera disusun. Atas saran Wibisana, adik Rahwana yang membelot ke pasukan Rama, dibuatlah jembatan menuju Alengka. Setelah jembatan jadi, berhamburanlah pasukan kera menyerbu Alengka. Akhirnya, Rahwana dan pasukannya hancur. Wibisana kemudian dinobatkan menjadi raja Alengka, menggantikan kakaknya yang mati dalam peperangan. Yang menarik dan sampai saat ini sangat populer di Jawa, adalah adanya ajaran tentang bagaimana seharusnya seseorang memerintah sebuah kerajaan atau negara dari Rama kepada Wibisana, yang dikenal dengan sebutan ASTHABRATA.
Setelah berhasil membebaskan Sinta, pergilah Rama dan Sinta serta Laksmana dan seluruh pasukan (termasuk pasukan kera) ke Ayodya. Setibanya di ibukota negera Kosala itu, mereka disambut dengan meriah oleh Barata, Satrukna, para ibu Suri, para punggawa dan para prajurit, serta seluruh rakyat Kosala. Dengan disaksikan oleh mereka, Rama kemudian dinobatkan menjadi raja.
Pada akhir ceritera, ada perbedaan mencolok antara dua versi Ramayana Jawa Kuno. Untuk versi kakawin dikisahkan, bahwa Sinta amat menderita karena tidak segera diterima oleh Rama karena dianggap ternoda. Setelah berhasil membersihkan diri dari kobaran api, Sinta diterimanya. Dijelaskan oleh Rama, bahwa penyucian itu harus dilakukan untuk menghilangkan prasangka buruk atas diri isterinya. Mereka bahagia.
Sedangkan di dalam versi prosa, menceritakan bagaimana Rama terpengaruh oleh rakyatnya yang menyangsikan kesucian Sinta. Disini Sinta yang sedang mengandung di usir oleh Rama dari istana. Kelak Sinta melahirkan 2 (dua) anak kembar yaitu Kusha dan Lawa. Kemudian kisah ini diahiri dengan ditelannya Sinta oleh Bumi.
Kisah Ramayana mempunyai banyak versi dengan berbagai penyimpangan isi cerita, termasuk di India sendiri. Penyebarannya hampir di seperempat penduduk dunia atau minimal di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia, diketahui sekitar 7 - 8 abad yang lalu, walau sesungguhnya di Indonesia dapat ditemukan jauh lebih dini yaitu sebelum abad 2 Sebelum Masehi.

Ramayana dari asal kata Rama yang berarti menyenangkan; menarik; anggun; cantik; bahagia, dan Yana berarti pengembaraan. Cerita inti Ramayana diperkirakan ditulis oleh Walmiki dari India disekitar tahun 400 SM yang kisahnya dimulai antara 500 SM sampai tahun 200, dan dikembangkan oleh berbagai penulis. Kisah Ramayana ini menjadi kitab suci bagi agama Wishnu, yang tokoh-tokohnya menjadi teladan dalam hidup, kebenaran, keadilan, kepahlawanan, persahabatan dan percintaan, yaitu: Rama, Sita, Leksmana, Sugriwa, Hanuman, Wibisana. Namun disini, kami informasikan tentang Ramayana versi Jawa.
Di zaman Mataram Kuno saat Prabu Dyah Balitung (Dinasti Sanjaya) bertahta, telah ada kitab sastra Ramayana berbahasa Jawa Kuno (Jawa Kawi), tidak menginduk pada Ramayana Walmiki, lebih singkat, memuat banyak ajaran dan katanya berbahasa indah. Di awal abad X sang raja membuat candi untuk pemujaan dewa Shiwa, yaitu Candi Prambanan (candi belum selesai sampai wafatnya raja yang, maka dilanjutkan oleh penggantinya yaitu Prabu Daksa) yang sekaligus menjadi tempat ia dikubur, dengan relief Ramayana namun berbeda dengan isi cerita Ramayana dimaksud.

Ramayana Jawa Kuno memiliki 2 (dua) versi, yaitu Kakawin dan Prosa, yang bersumber dari naskah India yang berbeda, yang perbedaan itu terlihat dari akhir cerita. Selain kedua versi itu, terdapat yang lain yaitu Hikayat Sri Rama, Rama Keling dan lakon-lakon.
Cerita Ramayana semakin diterima di Jawa, setelah melalui pertunjukan wayang (wayang orang, wayang kulit purwa termasuk sendratari). Tapi ia kalah menarik dengan wayang yang mengambil cerita Mahabharata, karena tampilan ceritanya sama sekali tidak mewakili perasaan kaum awam (hanya pantas untuk kaum Brahmana dan Satria) walau jika dikaji lebih mendalam, cerita Ramayana sebenarnya merupakan simbol perjuangan rakyat merebut kemerdekaan negerinya.
Bahwa cerita Ramayana tidak bisa merebut hati kaum awam Jawa seperti Mahabharata, antara lain disebabkan:
  • Ceritanya dipenuhi oleh lambang-lambang dan nasehat-nasehat kehidupan para bangsawan dan penguasa negeri, yang perilaku dan tindakannya tidak membaur di hati kaum awam;
  • Ramayana adalah raja dengan rakyat bangsa kera yang musuhnya bangsa raksasa dengan rakyat para buta breduwak dan siluman;
  • Kaum awam memiliki jalan pikiran yang relatif sangat sederhana, dan berharap pada setiap cerita berakhir pada kebahagiaan.
Yang menarik sampai saat ini di Indonesia (Jawa) adalah adanya suatu ajaran falsafah yang terdapat di Ramayana, yaitu ajaran Rama terhadap adik musuhnya bernama Gunawan Wibisana yang menggantikan kakaknya, Rahwana, setelah perang di Alengka. Ajaran itu dikenal dengan nama Asthabrata, (astha yang berarti delapan dan brata yang berarti ajaran atau laku). yang merupakan ajaran tentang bagaimana seharusnya seseorang memerintah sebuah negara atau kerajaan. Ajaran dimaksud yang juga dapat dilihat dalam Diaroma gambar wayang di Museum Purnabakti TMII (1994 M), yaitu :
  1. Bumi : artinya sikap pemimpin bangsa harus meniru watak bumi atau momot-mengku bagi orang jawa, dimana bumi adalah wadah untuk apa saja, baik atau buruk, yang diolahnya sehingga berguna bagi kehidupan manusia;
  2. Air : artinya jujur, bersih dan berwibawa, obat haus air maupun haus ilmu pengetahuan dan haus kesejahteraan;
  3. Api : artinya seorang pemimpin haruslah pemberi semangat terhadap rakyatnya, pemberi kekuatan serta penghukum yang adil dan tegas;
  4. Angin : artinya menghidupi dan menciptakan rasa sejuk bagi rakyatnya, selalu memperhatikan celah-celah di tempat serumit apapun, bisa sangat lembut serta bersahaja dan luwes, tapi juga bisa keras melebihi batas, selalu meladeni alam;
  5. Surya : artinya pemberi panas, penerangan dan energie, sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa surya/matahari, mengatur waktu secara disiplin;
  6. Rembulan : artinya bulan adalah pemberi kedamaian dan kebahagiaan, penuh kasih sayang dan berwibawa, tapi juga mencekam dan seram, tidak mengancam tapi disegani.
  7. Lintang : artinya pemberi harapan-harapan baik kepada rakyatnya setinggi bintang dilangit, tapi rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri, disamping harus mengakui kelebihan-kelebihan orang lain;
  8. Mendung : artinya pemberi perlindungan dan payung, berpandangan tidak sempit, banyak pengetahuannya tentang hidup dan kehidupan, tidak mudak menerima laporan asal membuat senang, suka memberi hadiah bagi yang berprestasi dan menghukum dengan adil bagi pelanggar hukum.
Prof. Dr. Porbatjaraka, seorang ahli sejarah dan kebudayaan Jawa, setelah membaca kitab Ramayana Jawa Kuna Kakawin, memberi komentar : "Ini merupakan peninggalan leluhur Jawa, yang sungguh adiluhung, cukup untuk bekal hidup kebatinan". Dalam cakupan luas, pengaruh Ramayana terhadap filsafat hidup Jawa dapat diketahui dari Sastra Jendra, Sastra Cetha dan Asthabrata.
Sari dari Sastra Jendra adalah ilmu/ajaran tertinggi tentang keselamatan, mengandung isi dan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Namun karena ilmu ini bersifat sangat rahasia (tidak disebarluaskan secara terbuka karena penuh penghayatan bathin yang terkadang sulit diterima umum secara rasional), maka tidak mungkin disebar-luaskan secara terbuka. Sebelum seseorang menyerap ilmu ini ia harus mengerti terlebih dahulu tentang mikro dan makro kosmos, sehingga yang selama ini dipaparkan termasuk melalui wayang, hanyalah kulitnya saja. Sastra Cetha (terang) adalah berisi ajaran tentang peran, sifat dan perilaku raja. Sedangkan Asthabrata telah diuraikan tersebut diatas.
Kisah Ramayana muncul dalam banyak versi, yaitu antara lain di Vietnam, Kamboja, Laos, Burma, Thailand, Cina, Indonesia maupun di India (tempat asal cerita) sendiri. Menurut Dr.Soewito S. Wiryonagoro, di Indonesia sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) versi, yaitu Ramayana Kakawin, yang terlukis dalam relief-relief di dinding candi seperti candi Lorojonggrang Prambanan dan Candi Penataran, dan yang berkembang di masyarakat dalam wujud cerita drama.(wayang kulit, sandiwara dan film).

Ramayana dari asal kata Rama = menyenangkan/menarik/anggun/cantik/bahagia dan Yana berarti pengembaraan., yang kisah tersebut ditulis Walmiki dari India sekitar tahun 400 Sebelum Masehi, berbahasa Sanskerta, yang selanjutnya dikembangkan oleh penulis-penulis lain, sehingga minimal juga ada 3 (tiga) kisah Ramayana versi India.

Di jaman Mataram kuna, saat Prabu Balitung (dinasti Sanjaya) memerintah, telah ada kitab sastra Ramayana dalam bahasa Jawa Kuna (Kawi), yang tidak menginduk pada Ramayana Walmiki.















Karaton-karaton Lama Jawa

SEJARAH SINGKAT

KARATON-KARATON LAMA-JAWA



KALING

Sekitar tahun 618-906 di Jawa Tengah ada kerajaan bernama Kaling/Holing. Rakyat tenteram dan hidup makmur. Sejak tahun 674 diperintah oleh seorang raja perempuan bernama Simo, yang memerintah berdasarkan kejujuran mutlak, sangat keras dan masing-masing orang mempunyai hak dan kewajiban yang tidak berani dilanggar. Sebagai contoh: putra mahkota pun dipotong kakinya karena menyentuh barang yang bukan miliknya di tempat umum.

MATARAM Lama (Jawa Tengah)

Di desa Canggal (barat daya Magelang) ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 732, berhuruf Pallawa dan digubah dalam bahasa Sanskerta. Isi utama menceritakan tentang peringatan didirikannya sebuah lingga (lambang Siwa) di atas sebuah bukit di daerah Kunjarakunja oleh raja Sanjaya, di sebuah pulau yang mulia bernama Yawadwipa yang kaya raya akan hasil bumi khususnya padi dan emas.

Mendirikan lingga secara khusus adalah mendirikan kerajaan. Tempat tepatnya adalah di gunung Wukir desa Canggal. Disini diketemukan sisa-sisa sebuah candi induk dengan 3 (tiga) candi perwara di depannya. Sayangnya yang masih tersisa sangat sedikit sekali, dimana lingganya sudah tidak ada dan yang ada hanya landasannya yaitu sebuah yoni besar sekali, disamping candinya pun juga sudah tidak berwujud lagi.

Yawadwipa mula-mula diperintah oleh raja Sanna, sangat lama, bijaksana dan berbudi halus. Lalu setelah wafat digantikan oleh Sanjaya, anak Sannaha (saudara perempuan Sanna), raja yang ahli dalam kitab-kitab suci dan keprajuritan, menciptakan ketenteraman dan kemakmuran yang dapat dinikmati rakyatnya.
Dari prasasti-prasasti para raja yang berturut-turut menggantikannya, Sanjaya dianggap sebagai Wamsakarta dari kerajaan Mataram dan diakui betapa besarnya Sanjaya itu bagi mereka sampai abad X.

Kerajaan Mataram Islam


Pada abad ke-16, sebelum Belanda menjajah Hindia Belanda, Nusantara terdiri atas beberapa kerajaan yang saling bersaing yang pada waktu tidak bersamaan menguasai Pulau Jawa. Kerajaan Jawa yang besar dan terakhir, dikenal dengan nama Mataram II, didirikan pada tahun 1587 oleh Pangeran Senopati. Pada puncak kejayaannnya, pengaruh kerajaan ini tidak saja tersebar ke luar Jawa tetapi sampai ke daerah yang sekarang bernama Malaysia.Pada zaman pemerintahan Raja Amangkurat II, Kerajaan Mataram, yang pada mulanya terletak di Kota Gede, di pinggiran yang sekarang bernama kota Yogyakarta, berpindah tempat beberapa kali antara tahun 1587 dan 1680. Raja Amangkurat II inilah yang mendirikan kraton di Kartasura dekat kota yang sekarang bernama Surakarta (Solo). Pada zaman pemerintahan raja ini hubungan antara kraton dan pemerintahan kolonial Belanda memburuk. Ketika  Amangkurat III menggantikan ayahnya, Belanda membantu pangeran saingannya untuk dijadikan raja baru yang bergelar Sunan Pakubuwono I.

Indonesia Dalam Catatan Sejarah

INDONESIA DALAM CATATAN TAHUN DEMI TAHUN

Zaman Indonesia – Hindu  


  • Kira-kira th. 700 M : Kerajaan Melayu runtuh. Sriwijaya berkuasa. Pusat Palembang: pusat agama Budha dan ilmu pengetahuan (sekolah tinggi agama)Kira-kira th. 78 Masehi : Kedatangan bangsa Hindu di Indonesia. Permulaan perthitungan Tahun Jawa.
  • Abad IV-V : Kerajaan Hindu di Jawa Barat Tarumanegara. Raja : Purnawarman. Ibu kota Jansinga. Di Jawa Tengah : Kerajaan Kalingga.
  • 414 : Perkunjungan Fa Hien musafir Tionghoa ke Indonesia.
  • 433 dan 435 : Dua kali perkunjungan utusan Tarumanegara ke Tiongkok.
  • Kira-kira th. 450 M : Di Kalimantan : kerajaan Muarakaman atau Kutai. Raja-rajanya : Kudungga, Asjwawarman dan Mulawarman. 


  • Kira-kira th. 650 M : Di Sumatera : kerajaan Melayu dan Sriwijaya..
  • Kira-kira th. 732 M : Sanjaya merubah nama Kalingga dengan Mataram. Ia raja pertama Mataram Hindu. Ibu kota : Mendang Kemulan. Pendirian candi-candi Siwa di Gunung Dieng.
  • Kira-kira th. 750-850 M : Sailendra dari Sriwijaya menguasai Jawa Tengah. Berdirinya candi-candi Borobudur, Mendut, Kalasan.
  • Kira-kira th. 800 M : Mataram terdesak. Keluarga Sanjaya menyingkir ke Jawa kembali ke Jawa Tengah
  • Kira-kira th. 925 M : Jawa Tengah ditinggalkan, di Jawa Timur didirikan kerajaaan.
  • Kerajaan Jawa Timur (925-1042)
  • Kira-kira th. 929-947 M : Empu Sindok, raja pertama Jawa Timur, pusat : Singasari.
  • 947-990 : Sri Isyana Tunggawijaya, puteri Sindok memerintah.
  • 990-1007 : Pemerintah Darmawangsa. Dalam zamannya diterjemahkan Mahabarata dari bahasa Sansekerta bahasa Jawa.
  • 991-992 : Penyerangan darmawangsa ke Sriwijaya. Gagal.
  • 1006-1007 : Sriwijaya menuntut balas. Darmawangsa tewas.
  • 1010 : Utusan terdiri dari bupati-bupati meminta pada Airlangga, menantu Darmawangsa untuk mengendalikan pemerintahan.
  • 1019-1041 : Pemerintahan Airlangga. Ibu kota: Kahurioan. Dalam zamannya Empu Kanwa menciptakan : Arjunawiwaha.
  • 1028-1035 : Airlangga turun tahta. Kerajaan yang dengan susah payah disatukan dibagi dua untuk kedua putranya. Jenggala dengan ibu kota Kahuripan. Panjalu atau Kediri dengan ibu kota Daha.
  • Kerajaan Kediri (1042 – 1222)
  • Terjadilah peperangan antara kedua putra Airlangga untuk merebut hegemoni. Akhirnya Kediri berkuasa. Pengaruhnya sampai ke Indonesai Timur.
  • 1115-1134 : Pemerintahan Kamicwara I. Dalam zamannya Empu Darmaja menjiptakan : Smaradahana.
  • 1135-1157 : Jayabaya, raja-ahli-nujum. Empu Sedah menterjemahkan sebagian Mahabrata: Bratayuda. Pujangga lain Empu Panuluh.

  • 1157-1171 : Sarweswara
  • 1171-1181 : Areyyeswara
  • 1181-1185 : Kroncharyadipa
  • 1185-1194 : Karmicwara II






  • 1194-1200 : Sarweswara
  • 1200-1222 : Kertajaya
  • 1222 : Kertajaya dikalahkan oleh Ken Angrok, raja Singasari




Kerajaan Kediri
1222-1227 : Ken Angrok bergelar Rajasa, raja pertama singasari. Pusat: Tumapel yang diganti namanya dengan Singasari.  
1227 : Ken Angrok dibunuh oleh anak tirinya Anusapati.
1227-1248 : Pemerintahan Anusapati.
1248 : Tohjaya memerintah.
1248-1268 : Ranggawuni ( Sriwisnuwardana).
1268-1292 : Kertanegara raja terakhir Singasari.  

1275 : Ekspedisi ke Melayu. Sriwijaya ditaklukan.
1284 : Ekspedisi ke Bali
1289 : Hubungan Singasari dengan Kubilai Khan, Kaisar Tiongkok, menjadi buruk.
1292 : Serangan atas Singasari oleh Jayakatwang, anak Kertajaya.  
Kerajaan Kediri II (1292-1293)
Kerajaan ini tidak lama berdirinya. Berdirinya disertani dengan pemerintahan-bayangan Majapahit yang akan menjelma. Bary saja Jakatwang memerintah, kerajaan telah jatuh ketangan yang lebih berhak : Raden Wijaya, keturunan Ken Angrok
1293 : Angkatan laut Tiongkok dibawah pimpinan Hei Mi, Kan, Hsing dan Hsi Pi berlabuh di Tuban. Maksudnya untuk menghajarKertanegarta yang sudah meninggal. Raden Wijaya memakai kesempatan ini. Pertama kali bersatu dengan pasukan Tiongkok dan bersama-sama menjerang Jayakatwang yang dapat dikalahkan. Raden Wijaya kini balik gagang dan mengusir pasukan Tiongkok.

Kerajaan Majapahit  
1293-1309 : Raden Wijaya, dengan gelar Kertarajasa Jayawrdana, radja Majapahit pertama.
1309-1328 : Pemerintah Jayanegara
1328-1350 : Prabu Kenya atau Tribuanatunggadewi memerintah.
1350-1389 : Pemerintahan Hayam Wuruk zaman keemasan Majapahit. Hampir seluruh Indonesia dalam kekuasaan. Buat pertama kali dipakai kata : Nusantara.
Pujangga : Empu Prapanca menulis Negarakertagama.
Empu Tantular : Arjunawijaya Sutasoma
1364 : Gajah Mada, perdana menteri utama Majapahit, meninggal, setelah lebih kurang 33 tahun memegang jabatan penting ini.
1389-1400 : Pemerintahan pertama Wikramawardana  


1429-1447 : Pemerintahan kedua Suhita
1447-1451 : Pemerintahan Bre Tumapel
1437 : Kediri memerdekakan diri dari Majapahit
1478 : Rja Kediri, Giridrawardana mengusir raja-raja keturunan Raden Wijaya
1520 : Kejatuhan Majapahit seluruhnya. Tamatlah riwayatraja-raja keturunan Ken Angrok
Jawa Barat
1030 : Berdirinya kerajaan hindu : Sunda dengan rajanya Sri Jayabupati.
1190 : Kerajaan Galuh dengan rajanya Ratu Pusaka
1333 : Kerajaan Pajajaran, dengan ibu kota Pakuan. Rajanya Ratu Purnama

Islam Di Indonesia
570 : Lahirnya Nabi Muhammad s.a.w
622 : Nabi Muhammad hidjrah dari Mekah ke Medina Permulaan perkiraan Tahun Islam.
632 : Wafatnya Nabi Muhammad s.a.w.
Kira-kira abad ke-13 (1290) : Islam masuk ke Indonesia. Kerajaan Islam di Sumatera : Perlak dan Samudera Pasai
Kira-kira abad ke-14 : Malaka pusat perkembangan Islam.
1419 : Maulana Malik Ibrahim, wafat di Gersik. Pengembang Islam yang pertama di Jawa Timur
1511 : Bandar Malaka jatuh kedalam tangan orang Portugis
1518 : Adipati Junus mencoba merebut Malaka. Kerajaan kerajaan Islam pertama di Jawa berdiri : Demak dengan raja perama Raden Patah
1518-1521 : adipati Junus memerintah Demak
1521 : Pasai jatuh ketangan Portugis
1527 : Falatehan menaklukan Banten dan menjadi penyiar Islam di Jawa Barat.
1568 : Baten melepaskan diri dari Demak
1570 : Falatehan wafat dimakamkan di Gunung Jati :
Timbulnya Mataram Islam (Mataram II)
1569 : Tanda kekuasaan kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang. Kyai Gede Pemanahan, petinggi Mataram, daerah terkemuka dibawah pemerintahan Pajang.
1575 : Kyai Gede Pemanahan wafat
1575-1601 : Sutawijaya \Senopati, putra Kyai Gede, raja pertama Mataram.
1582 : Pajang dikepung Mataram
1586 : Pajang dipidahkan ke Mataram
1601-1613 Mas Jolang
1613-1645 : Sultan Agung
1645-1677 Amngkurat I
1677-1703 : Amangkurat II
1703-1708 : Amangkurat III (sunan mas)
1703-1719 : Paku Buwana I (Pangeran Puger)
1704-1708 : Perang Mahkota I
1719-1727 : Amangkurat IV
1719-1723 : Perang Mahkota II
1726-1749 : Paku Buwana II
1749-1753 : Perang Mahkota III
1749-1788 : Paku Buwana III
1755 : Perjanjian Gianti. : Surakarta dan Yogyakarta
1755-1792 : Hamengku Buwono I (Mangkubumi), Sultan Jogja
1757 : Perdamaian Salatiga.  berdirinya Mangkunegaran,
1788-1820 : Paku Buwana IV
1792-1810 : Hamengku Buwana II
1811-1812 : Hamengku Buwana II
1813 : Timbulnya Paku Alam, sebagian Yogyakarta. Pangeran Notokusumo sebagai Paku Alam I.
Sesudah 1813 : Raja-raja Mataram II yang terpecah empat itu silih berganti
1938 : Paku Alam VIII
1939 : Hamengku Buwana IX
1944 : Paku Buwana XII
1944 : Mangku Negara VIII
1945 Indonesia MERDEKA....................................

Homosoloensis

HOMOSOLOENSIS


Zaman Prehistori,
Ketika jaman awal kala es, yaitu kira-kira dua juta tahun yang lalu , ketika curah hujan di dataran Sunda dan dataran Sahul sangat besar, dan ketika seluruh daerah itu tertutup oleh vegetasi tropikal yang sangat padat, sudah ada pemburu-pemburu manusia purba yang menjelajahi daerah itu. Selama jangka waktu tujuh puluh tahun, diberbagai  tempat disepanjang lembah sungai brantas di Jawa Timur, telah diketemukan sebanyak 41 buah fosil manusia purba itu. Situs-situs yang tertua berlokasi di dekat desa Trinil, Ngandong dan Sangiran dan dekat kota Mojokerto. Oleh para ahli paleoantropologi manusia-manusia purba itu dinamakan Pithecanthropus Erectus, dan akhir-akhir ini sering juga dipakai Homo Erectus

Silsilah Dinasti Mataram

Silsilah Dinasti
MATARAM

Kyai Gede Pemanahan

 

MATARAM

 
Panembahan Senopati  (R. Sutowijoyo)          
 Putri    Pragola      (Adipati Pati)
Mataram: 1575-1601  
Mas Jolang        Dewi Remo       Kyai Ageng Mangir
                             
(Sult. Anyokrowati)   Mataram: 1613-1645    Pambayun        (Ki Wonoboyo)
Sultan Agung
Mataram: 1613-1645  
  Amangkurat 1     Mataram: 1645-1677     Pangeran  Alit    Ratu  Wandansari  Pangeran Pekik Ad. Surabaya  
                                                                                      

KARTASURA

 
Amangkurat II  Kartasura: 1677-1703     Paku Buwono 1 (Pangeran Puger)   Kartasura: 1073-1719    Puteri   Trunojoyo  
                                       
Amangkurat III  (Sunan Mas)  Kartasura: 1703-1708  Amangkurat IV     Kartasura: 1719-1727   Pangeran   Proboyo     Pangeran Blitar  

Pangeran Teposono    Pangeran Adiwijoyo   Puteri        Cakraningrat  (Madura)     Kyai Hasan       Nuriman  
                                                        
Pangeran  Teposono       Paku Buwono II  (1727/1744-1749)      Kartasura/Surakarta     Aryo      Mangku Negoro Dikendangkan keCeylon    R. Ayu    Wulan  
                                                                            
R.M. Garendi (Sunan Kuning)       Paku Buwana III  Kartasura: 1742   Mangkunegaran I  (R. Said) 1757-1795    Surakarta: 1788-1820   R. Ayu   Patahati   Aria Tirtakusuma  
                                                                          MANGUNEGARAN
 
   Paku Buwana IV   Surakarta: 1788-1820      Ratu Alit  Aria Prabu Wijaya           Sidureja  
                   
Aria Kusumaningrat BRA Kusumaningrat     Mangkunegaran III     BRA. Mangunegara  
                                   
Paku Buwana V  1820-1823  Paku Buwana VII 1830-1858                           Paku Buwana VIII  1858-1861           Nata     Kusuma      R.A. Nata Kusuma  

SURAKARTA

 
Paku Buwana VI1823-1830     Paku Buwana VIII   1858-1861       Mangkunegara III  1835-1853  
                                                                                      
Paku Buwana VI  Ska, 1823-1830 K.P.H. Suryadiningrat       B.R.A    Mangkunegara             Mangkunegara IV      1853-1881
            
Paku Buwana IX  Ska, 1861-1893  K.P.H. Suryadiningrat   Mangkunegara V 1881-1896             Mangkunegara VI   1896-1916  
 
Paku Buwana X Ska, 1893-1939              Mangkunegara VII  1916-1944  
                                                    
Paku Buwana XI Ska, 1939-1945     Mangkunegara VIII  1944-1946  
                                                       
Paku Buwana XII  Ska, 1945/1946  
Mangkunegaran
Amangkurat IV
     Kartasura: 1719-1727
  YOGYAKARTA
          Pangeran Mangkubumi
                Sultan Hamengku Buwono I
          Yogyakarta: 1755-1792
                                                                        PAKUALAMAN
                        Sultan Hamengku Buwono II                                           Notokusumo
                        Yogyakarta: 1792-1810                                                  (Paku Alam I)
                        1826-1829
                        Sultan Hamengku Buwono III                                          Paku Alam II
                        Yogyakarta: 1812-1814                                                  Yogyakarta
Sultan                           Sultan               Paku Alam III Paku Alam V          KPH.
Hameng Buwono III            Hamengku Buwono IV            Yogyakarta       Yogyakarta          Nataningprang
Yogyakarta: 1812-1814                 Yogyakarta
Sultan                       Sultan                   Paku Alam VI             Paku Alam IV
Hamengku Buwono V            Hamengku Buwono VI         Yogyakarta                   Yogyakarta
         Yogyakarta                           Yogyakarta
                                                            Sultan                           Paku Alam VII
Hamengku Buwono VII                     Yogyakarta
        Yogyakarta
Sultan                              Paku Alam VIII
Hamengku Buwono VIII                     Yogyakarta
       Yogyakarta
Sultan                                   
Hamengku Buwono IX
        Yogyakarta
Sultan
Hamengku Buwono X
        Yogyakarta
 

Jamu

Pada waktu penjajahan Belanda ada beberapa jenis tumbuh-tumbuhan obat memang sudah dilakukan penelitian-penelitian dan hasilnyapun tidak mengecewakan. Diantaranya memang sudah ada yang mempunyai nilai terapeotik yang menyakinkan misalnya : kumis kucing, temulawak, kunyit, babakan pulai dan lain-lainnya. Dengan sendirinya diutamakan tumbuh-tumbuhan obat yang mempunyai segi-segi komersil yang baik.  
Pada jaman pendudukan Jepang dan pada waktu revolusi fisik, obat-obatan moderend sudah sukar didapat, dan kalaupun ada harganya sudah tidak terjangkau oleh daya beli rakyat jelata. Terdorong rasa turut bertanggung jawab dan hasrat ingin membantu rakyat dengan obet yang mudah dan murah didapat, beberapa orang dokter telah mengambil prakarsa mencoba obat-obat asli ini langsung secara klinis terhadap kasiatnya yang diperkirakan. Dari hasilhasil percobaan ini antara lain terbitla buku “ Formularium medicamentorum Soloensis”
yaitu suatu buku yang memuat ramuan dari obat-obat asli yang sangat bermanfaat bagi pengobatan penyakit-penyakit yang banyak diderita rtakyat dewasa itu. Setelah diperoleh kemerdekaan, dan obat-obat moderen membanjiri pasaran. Percobaan klinis tidak dilakukan lai terhadap obat-obat asli. Hal ini sangat disayangkan mengingat potensi-potensi yanh masih tersembunyi didalam Jamu-Jamu kita. Padahal cara-cara yang telah dikerjakan oleh dokter-dokter kita, sampai sekarang nasis duilakukan oleh dokter-dokter dinegara Tetangga kita seperti : India, RRC, terhadap obat-obat asli dari negaranya masig –masing dapam rangka penggalian sumber-sumber alam untuk keperluan farmasi. Berbeda dengan di Indonesia., dikedua negara tetangga tersebut ilmu pengi=obatan tradisionil telah pula disesuaikan dengan perubahan jaman. Marilah kita tinjau sejenak sejarah perkembangan ilmu pengobatan tradisional tersebut di negara tersebut:
Negeri India
Dalam peninggalan-peninggalan tertua yang ditemukan adalah kitab “ RIGVEDHA” diperkirakan ditulis sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Selain menguraikan ilmu pengobatan dari jaman iyu, juga mencantumkan ssejumlah bahan yang digunakan sebagai obat, menyusul kemudian kitab “Ayurvedha” berasal kira-kira dari tahun 1500 sebelum masehi dan yang terdiri dari beberapa jilid. Kitab ini secara terperinci juga menguraikan suatu sistem ikmu pengobatan yang dikenal dengan sistem Ayurvedha yang antara lain meguraikan tentang teori “Tridosha”. Teori ini terdiri dari Vayu, pitta dan kapha.
Vayu atau angin mewakili susunan syaraf pusat. Pitta atau empedu, seluruh metabolisme didalam tubuh. Kapha atau lendir mewakili pengaturan suhu tubuh oleh cairan-cairan tubuh. Kapha atau lendir mewakili pengaturan suhu tubuh. Kitab inipun meuat kurang lebih 1500 jenis bahan obat yang sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan selebihnya dari hewan dan mineral, lengkap dengan pemiaraannya, pengolahannya, dan penggunaannya. Sistem pengobatan Ayurvedha inilah yang kemudian berkembang sedemikian rupa sehingga pemerintah India mengaggap perlu mendirikan perguruan tinggi khusus untuk mempelajari sistem ilmu pengobatan ini.
Dengan masuknya bagsa-bangsa lain ke India yang pada umumny merekapun membawa sistem ilmu pengobatan dari negara masing masing-masing, maka selain dari sistem pengobatan  Ayurvedha di India, tedapat pula antara lain ilmu pengobatan Yunani dan Tibbi. Akhirnya sedikit banyak ilmu-ilmu pengobatan ini bercampur dan menjadi ilmu pengobatan tradisionil India dewasa ini. Kitab-kitab yang kemudian menyusul adalah kitab “ Sushruta Samhita “ kira-kira berasal dari tahun 1000 sebelum masehi dan kitab “ Charaka Samhita “ kira-kira berasal dari tahun 350. Kitab terakhir ini memuat kira-kira 2000 jenis bahan obat yang sebagian besar lagi, terdiri atas tumbuh-tumbuhan dan sebagian kecil terdiri dari hewan dan mineral, lengkap dengan penanamannya, pengumpulan bagian-bagian yang dipakai, khasiatnya beserta ramuan-ramuan yang dibuat dari materia medica itu.
Penyelidikan-penyelidikan secara moderm dan sistematis baru dimulia pada tahun 1928. Salah seorang pionir dalam bidang adalah Prof. Dr. Sir Ramnath Chopra, pada waktu itu profesor dalam farmakologi dari School for tropical medicine di Calcutta.
Negeri Cina
Peninggalan yang tertua adalah kitab “ Pen Tsao “ dari 3500 tahun sebelum masehi. Kitab ini adalah hasil karya seorang Kaisar bernama Shen Nung yang menulis ilmu pengobatan dari zaman itu serta penggunaan dari 350 jenis tumbuh-tumbuhan sebagai obat. Selanjutnya ilmu pengobatan kuno ini dari zaman ke zaman dan dari dinasti ke dinasti terus berkembang serta menghasilkan pula tabib-tabib yang kenamaan.
Pada zaman dinasti han 350 tahun sebelum masehi, kitab Pen Tsao kaisar Shen Nung mngalami revisi besar-besaran serta disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengobatan dan ditambah dengan hasil-hasil penelitian dan penyelidikan-penyelidikan yang baru. Kitab ini disebut Shen Nung Materia Medica. Ilmu pengobatan ini semakin berkembang sehingga menelorkan hasil-hasil karya seperti :
Tang Materia Medica,     Shu Materia Medica ,       Kai Pao Materia
Chia Yu Materia   dan   The Classified Materia Madica.
Kitab yang terakhir ini ditulus oleh Tang Shen Wei seorang tabib ternama dari dinasti Sung, kira-kira pada tahun 1200.
Dari 350 jenis tumbuh-tumbuh obat yang tertera dalam Pen Tsao dari kaisar Shen Nung sekarang telah menjadi 1000 jenis bahan obat lengkap dengan pemeriannya, penanamannya, pengumpulan khasiatnya, ramuan, dan penggunaannya. Setelah dinasti Sung tidak ada lagi catatan-catatan tentang perkembangan ilmu pengobatan tradisional.
Baru baru abad ke 16 yaitu sewaktu dinasti Ming tampil sebagai seorang tabib dan ahli farmasi bernama Lie Shih Chen yang banyak jasanya dalam membantu berkembangnya ilmu pengobatan tradisionil dengan car-cara penyelidikannya yang orisinil, ia diberi julukan “ The Great Pharmocologist Of Ancient China “ semua pengalaman dari hasil penyelidikannya dibukukan dalam sebuah kitab yang berjudul “ Pen Tsao Kang Mu “ atau “ The Compendium of Materia Madica “
Kitab ini merupakan suatu “ masterpiece “ dan sampai sekarang masih merupakan bahan pelajaran mahasiswa kedokteran kuno maupun modern dan menjadi pegangan bagi sarjana-sarjana yang melekukan penelitia-penelitian ilmiah dari obat-obat asli Cina. Pen Tsao Kang Mu memuat 1892 jenis bahan obat lengkap dengan cara pemiaraan, penanaman, pengumpulan, penelitian, khasiat ramuannya, penggunaannya dll. Setelah dinasti Ming ilmu pengobatan tradisionil tidak ada yang mnegmbangkan lagi. Ini sebagian disebabkan oleh karena masuknya ilmu pengobatan barat ke negeri Cina.
Dewasa ini negeri Cina sedang giat melakukan penelitian-penelitian ilmiah secara sistematis dan itensif terhadap obat-obat asli ini. Di tiap ibu kota propinsi terdapat laboratoria dan lembaga penelitian yang lengkap dengan alat-alatnya yang modern.
Kekurangan kita.  
Setelah kita melihat perkembangan ilmu pengobatan tradisinal di dua negara tetangga tersebut, nyatalah bahwa kekurangan kita bahwa sejak semula di Indonesia ilmu ini tidak ada yang membukukan hanya diturunkan secara lisan dari orang tua ke anak. Baru pada jaman kolonial mulai ada orang –orang mencatat antara oleh Jacobus Bontius 1627 dengan hasil karyanya “ histiria Naturalist et Medica Indiae “ yang memuat 60 buah lukisan tumbuh-tumbuhan obat Indonesia serta pemerian dan penggunaannya. Georgius Everhardus Rhumphius ( 1628 – 1702 ) yang menetap di Maluku dan mengadakan penyelidikan terhadap flora dan fauna kepulauan ini. Hasil karyanya adalah “ Amboinisch Kruidboek “ dan Herbarium Amboinense.
Kemudian berturut-turut banyak lagi penulis-penulis tentang obat-obat asli indonesia, terlalu banyak untuk diuraikan satu persatu.
Penelitian secara alamiah
Penelitian secara alamiah baru dilakukan pada akhir abad ke s19, antara lain oleh Gresshoff, Vordermann, Boorsman dan lain-lain. Yang menghasilkan buku-buku anatar lain “ Onderzoek Naar De Planten stoffen Van Ned – Indie :” 1890 “ Javaanse Geneesmiddelen “ 1894 “ Aanteekening Over Oostersche Geneesmiddelleer op Java “ 1913. Sebagimana kita lihat inventarisasi dari obat-obat asli dan penyelidikan permulaannya sudah dilakukan. Usaha ini harus diteruskan, karena merupakan titik tolak yang penting dalam penggalian sumber-sumber alam untuk keperluan farmasi.
Follow Up
Sebagai follow upnya dari hasil inventarisasi harus dilakukan checking dab screening secara sistematis terhadap hasil karya para penulis dan penyelidik terdahulu, disamping tentunya mencari potensi-potensi baru dari sumber-sumber alam, bukan hanya dari Jawa tetapi juga dari daerah-daerah luar Jawa, misalnya tabat barito dan pasak bumi yang dewasa ini sedang populer dan berasal dari Kalimantan, belum pernah diadakan secara ilmiah. Penggunaannya sama halnya dengan sebagian besar dari jamu-jamu kita, masih berdasarkan impiri.
Kami yakin masih banyak lagi potensi-potensi yang tersembunyi diantara obat-obat asli kita. Jamu masih tetap merupakan salah satu mata rantai penting dalam membantu meningkatkan kesehatan rakyat dan, perlu sekali diadakan penelitian secara alamiah yang sistematis dan terkoordinir sehingga manfaat dari jamu akan lebih dirasakan oleh rakyat. Untuk mengadakan penelitian-penelitian ini kerjasama yang baik antara industri-industri jamu dan fakultas-fakultas farmasi, kedokteran dan lain-lain adalah suatu keharusan sehingga tercapailah cita-cita kita untuk :
Menyelidiki obat-obat asli kita dengan tujuan menemukan obat baru dan dapat digunakan dalam ilmu pengobatan modern. Indonesia berswasembada dalam bahan-bahan obat menggunakan sumber-sumber alamnya sendiri. Mengusahakan agar obat-obat ini murah dan mudah didapat oleh rakyat Indonesia.